Pada dasarnya
framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas peristiwa. Cara
bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan
berita. “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi
realitas. Analisis framing adalah analisis untuk melihat bagaimana media
mengontruksikan realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.
Ada dua esensi utama dari frmaing.
Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai, ini berhubungan dengan bagian mana yang
diliput dan mana yang tidak diliput. Jedua, bagaimana fakta itu ditulis, aspek
ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk menduung
gagasan. Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah
satu model yang paling populer dan banyak dipakai.
Proses Framing
Menurut Pan dan
Kosicki ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan.
1. Dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi
ini lebih menekanan pada bagaimana seorang memproses informasi dalam dirinya.
Framing beraitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang
mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini
dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik dan
menempatan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol
dalam kognisi seseorang.
2. Konsepsi sosiologis, pandangan ini lebih melihat
pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai
proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar
dirinya. Frame disi berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi,
dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
Bagaimana
konsepsi psikolohi dan sosiologi tersebut digabung dalam satu model ? ini dapat
dilihat dari bagaimana suatu berita diprodusi dan peristiwa dikonstruksi oleh
wartawan. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan
konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses konstruksi itu juga
melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial
yang tertanam mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Ini umumnya dipahami
bagaimana kebenaran diterima secara taken
for granted oleh wartawan. Sebagaian dari lingkungan sosial, wartawan akan
menerima nilai-nilai, kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Kedua, ketika
menulis dan mengkrontuksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik
yang kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai diusun, khalayak
menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ii karena wartawan bukan menulis untk
dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga,
proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu
melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profsional dari
wartawan.
Perangkat framing
Model
ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat
dari organisasi ide. Ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang
berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian
kata atau kalimat tertentu) kedalam teks secara keseluruhan. Frame ini
berhubungan dengan makna, bagaimana seeorang memaknai suatu peristiwa dapat
dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Perangkat framing
dapat dibagi kedalam empat strutu besar, yaitu :
1. Struktur sintaksis, bergubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas
peristiwa- kedalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan
demikian dapat diamati dari bagian (lead yang
dipakai, latar, headine, kutipan yang
diambil, dsb).
2. Struktur srip, ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengisahkan atau menceritaan peristiwa ke dalam bentuk berita.
Struktur ini melihat bagaimana strategi cara becerita atau bertutur yang
dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk berita. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:
a. What (apa)
b. When (kapan)
c. Who (siapa)
d. Where (di mana)
e. Why (mengapa)
f. How (bagaimana)
b. When (kapan)
c. Who (siapa)
d. Where (di mana)
e. Why (mengapa)
f. How (bagaimana)
3. Struktur tematik, berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat
atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta, struktur tematik mempunyai
perangkat framing:
a. Detail
b. Maksud dan hubungan kalimat
c. Nominalisasi antar kalimat
d. Koherensi
e. Bentuk kalimat
f. Kata ganti
4. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.
Struktur retoris mempunyai perangkat framing. Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis
a.Leksikon/pilihan kata.
Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
b. Grafis
c. Metafor
d. Pengandaian
Teori Terbaru Frame dan Framing
Teori ini dikembangan oleh
Goffman yang berfokus pada bagaimana individu belajar secara rutin memaknai
dunia sosial mereka. Dari perluasan ide Goffman ini terciptanya sebuah kerangka
konseptual yang membahas mengenai konteks sosial politik dan konsekuensi sosial
politik jangka panjang dari frame yang dipelajari di media.
Menurut peneliti framing,
Gamsson. Framing dalam banyak peristiwa sosial sangat dipertentangkan. Oleh
karena itu, kerangka yang digunakan dalam diskursus publik dikembangkan dan
dipromosikan oleh individu atau kelompo yang berkepentingan dalam menguatkan
sudut pandang tertentu dibanding sudut pandang yang lain dalam dunia sosial. Ketertarikan
Gamson adalah padakemampuan aktivis pergerakan dalam membawa perubahan sosial
yang menyatakan mengenai pandangan konsruksionisme sosial bahwa lembaga sosial
dan elite yang memimpinnya mampu mendominasi dunia sosial bahwa memaksakan
frame yang mendukung kepentingan mereka.
Framing dan Objektivitas
Teori framing menantang
pemahaman mengenai jurnalisme yang sudah lama diterima pendapat bahwa berita
dapat dan harus objektif. Beberapa penelitian framing membahas mengenai
strategi yang digunakan oleh elit politik dan sosial untuk memanipulasi cara
jurnalis melakukan framing pada berita. Frame realitas sebagai sebuah
pemberitaan ketika elite yang berkepentingan melibatkan jurnalis dalam
membangun drama berita sehingga mengaburkan realitas kontekstual yang
mendasarinya.
Goffman mengamati
kebanyakan berita mengenai pelanggaran frame, yang membuat banyak peristiwa
jadi bernilai berita. Penyimpangan mulai menyimpang dari suatu kebiasaan
menjadi bukan sebuah berita. Khalayak berita memiliki kepentingan tertentu dan
menginginkan berita yang sifatnya menenangkan. Salah satu hal penting yang
dilakukan berita terhadap pemirsa pada umumnya adalahh menawarkan mereka pesan
ritual yang memberikan jaminan bahwa dunia akan tetap berjalan sebagaimana
biasa.
Efek Frame Berita terhadap Khalayak
Ekspos terhadap berita
berdampak pada pembelajaran yang konsisten dengan frame yang menyusun
pemberitaan. Jika pemberitaan didominasi oleh frame yang tunggal, terutama
datang dari elite pengusaha maka pembelajaran cenderung akan dipandu oleh frame
tersebut. Pemberitaan juga dapat secara kuat mempengaruhi cara pemirsa memaknai
berita dan tokoh utama didalamnya, terlebih terhadap berita yang secara terus
menerus dipublikasikan mengenai peristiwa yang relevan. Umumnya, peliputan
berita diberikan frame untuk mendukung status quo yang menyebabkan adanya pandangan yang tidak mendukung
pergerakan.
Daftar Pustaka
Mulyana, Dedi dan Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan
Politik Media.
Yogyakarta. LKIS
0 komentar:
Posting Komentar