Senin
(23/05/2011)
Zaman sekarang siapa
sih yang ga kenal sama rokok ? bahkan banyak pemuda sekarang yang berpendapat “gak
ngerokok itu ga gaul”.Rokok adalah silinder dari kertas
berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang
telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara
agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual
dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang
dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir,
bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
merokok.
Rokok ada tanpa mengenal
siapa yang menghirupnya, gak cewek gak cowok, gak tua, gak muda bahkan batita,
semua terdapat dalam daftar pecandu rokok, baik yang aktif maupun pasif.
Awalnya dari rasa ingin tau, kemudian penasaran, selanjutnya mencoba, dan
akhirnya ketagihan. Bahkan ketika saya bertanya pada salah satu teman saya,
Ardi (17thn) apa enakknya merokok. Ia pun menjawab dengan santai “bisa
ngurangin stres” namun rasa ingin tau saya tentang nikmatnya merokok
tak hanya terpaku pada satu jawaban saja, ada juga yang berpendapat bahwa rokok
sudah termasuk kebutuhan hidupnya.
Namun sebagian orang
yang tidak merokok berpendapat bahwa merokok adalah sebuah kebodohan, karena
banyak orang terpengaruh denga kata “merokok = keren”. Itu istilah yang
mereka buat sendiri agar orang lain terpengaruh dan ikut merokok, karena orang-orang
yang terpengaruh ingin dinilai ‘keren’ atau tidak ‘cupu’ maka mereka pun
akhirnya merokok dan pada saat itulah zat nikotin dan sebagainya bereaksi
sehingga timbulah rasa puas, nyaman, enak dan ketagihan.
Dan yang disebut
“bodoh” itu maksudnya sudah tau kalau pabrik rokok nya sendiri yang
memperingatkan mereka “aku (rokok) bahaya, jangan kenal sama aku karna
menyebabkan gangguan-gangguan negatif. Lha kok masih mau berteman denganku ? ”
secara logika, mereka sudah tau itu adalah racun yang sudah melarang
untuk dikonsumsi, namun masih saja tetap nekat mengkonsumsi racun tersebut.
Mengenai rokok pasif,
tanpa disadari orang yang tidak merokok pun ikut ‘kecipretan’ dampak dari rokok
tersebut. Pernah suatu hari terjadi perbincangan antara dua orang
"ngapain kamu takut mati ? berdasarkn survey, yang pasif lebih
bahaya dari yang aktif” kemudian temannya menjawab
"Menerima asap putih itu dalam hidupku berarti menerima teman-temanku apa adanya",
"Itukah harga sebuah pertemanan? KEMATIAN??", tanya temannya,
"Asap itu tidak akan mempercepat ataupun memperlambat waktu kematian, kematian adalah takdir yang sudah ditentukan.. aku tidak bisa mencegahnya", sautnya.
"Menerima asap putih itu dalam hidupku berarti menerima teman-temanku apa adanya",
"Itukah harga sebuah pertemanan? KEMATIAN??", tanya temannya,
"Asap itu tidak akan mempercepat ataupun memperlambat waktu kematian, kematian adalah takdir yang sudah ditentukan.. aku tidak bisa mencegahnya", sautnya.
Jadi mau tak mau
perokok paasif harus ikut menghirup asap rokok yang ditimbulkan dari perokok
aktif.
“Asap putih itu
seburuk apakah dia ? Hingga setiap orang yang mengepulkannya dipandang sebelah
mata ?
Lihatlah, tak sedkit
orang berprestasi tapi terikat oleh asap itu.
Apakah mencintai asap putih itu brarti memiliki kedudukan rendah di hadapan-Nya??
Sekiranya tidak akan ada pertanyaan ‘Apakah kamu pecandu asap?’ yang bakal keluar dari mulut malaikat di alam kubur sana..” (ahmad, 17 thn)
Apakah mencintai asap putih itu brarti memiliki kedudukan rendah di hadapan-Nya??
Sekiranya tidak akan ada pertanyaan ‘Apakah kamu pecandu asap?’ yang bakal keluar dari mulut malaikat di alam kubur sana..” (ahmad, 17 thn)
Begitulah pernyataan
dari salah satu perokok pasif mengenai asap rokok yang sering ia hirup ketika
berkumpul dengan teman-temannya yang merupakan perokok aktif.
oleh : danik
isnawati (tugas features)
narasumber : Ardiansyah, M.Resya, Ahmad.M
narasumber : Ardiansyah, M.Resya, Ahmad.M
0 komentar:
Posting Komentar