Dunia Jurnalistik dengan dunia Public Relation tentunya sangat
berhungan erat. Seorang Public Relation memerlukan
media untuk membantu prosesnya dalam penyampaian tujuan, begitu juga wartawan
yang bekerja pada media dan membutuhkan informasi dari Public Relation untuk diberitakan kepada masyarakat. Seorang PR
memanggil wartawan bertujuan berdasarkan kepentingan perusahaan, seperti yang
dikatakan oleh salah bang Dedi Beben, satu wartawan kontributor Trans7 mengenai
tujan PR mengundang wartawan “kita lihat dulu tujuan seorang PR memanggil
wartawan untuk apa, biasanya mereka mau memperkenalkan sebuah produk atau
event. Tugas PR sendiri itu adalah bagaimana PR itu menyampaikan pada wartawan
agar produk atau event tersebut dapat menarik untuk diberitakan kepada
masyarakat, agar eventnya menjadi besar, dan tentunya tujuan dari PR itu
tercapai. Juga bagaimana produk itu dapat diterima masyarakat atau agar terjadi
peningkatan penjualan. Seorang PR membutuhkan media untuk mengumumkan apa yang
akan disampaikan kepada masyarakat karena hanya dengan penyebaran famlet/brosur
saja itu tidak akan berjalan efektif.”
Tapi
untuk bertemu PR itu tidak selalu mudah karena banyak juga PR yang susah untuk
ditemui setelah press confrence untuk
dimintai kelengkapan informasi, namun wartawan juga tidak dapat memaksa untuk
meminta informasi ketika PR belum berkenan walaupun informasi itu sangat
dibutuhkan secara detail, “ada kode etik jurnalistik, walaupun ada
Undang-undang kebutuhan informasi publik karna informasi publik harus
disampaikan, wartawan juga terikat dengan kode etik jurnalistik karena wartawan
tidak bisa secara paksa melakukan peliputan ketika yang bersangkutan tidak
bersedia untuk diliput. Jadi memang antara UU penyampaian informasi dan kode
etik jurnalistik suka saling berbenturan ketika narasumber tidak bersedia untuk
diliput” kata bang Beben, beliau juga menjelaskan untuk menghadapi seorang PR
yang memang suka mengulur waktu untuk bertemu diperlukan kesabaran, “harus
sabar, tapi itu juga tergantung kepentingan kita, kalau itu untuk kepentingan
wartawan ya harus dikejar.”
Bang
beben juga mengatakan bahwa tidak sedikit PR yang memaksa wartawan agar press realesenya segera ditayangkan
padahal tidak semua press reales dari
PR dapat segera ditayangkan karena masing-masing media sudah mempunyai agenda,
namun press realese yang akan segera
ditayangkan adalah yang sesuai dengan isu yang sedang berkembang “PR yang
cerdas itu selalu menanggapi isu yang ada, bagaimana dia membuat suatu event dikemas
sesuai dengan isu yang sedang berkembang”.
PR
juga dapat mengadakan Press Confrence dalam
bentuk informal, karena juga bisa dilakukan secara santai antara PR dan
wartawan, menurut bang Beben “ Press
Confrence dapat dilakukan dalam keadaan tidak formal, misalkan PR mengundang
atau mengajak teman-teman wartawan untuk bermain futsal. Setelah itu pasti ada
obrolan-obrolan, nah pada saat itu
baru PR membetitahukan produk baru atau kegiatan apa yang akan dilakukan
perusahaannya karena pendekatan seperti ini justru lebih baik ketimbang acara
resmi”. Seorang PR harus dapat menjaga hubungan baik dengan wartawan, agar
wartawan juga mau membantu PR dalam menjalankan tugasnya terutama dalam
publisitas ketika perusahaanya mau memperkenalkan produk atau memberitahukan
sebuah event, seperti yang bang Beben katakan “PR harus bisa merangkul wartawan
karena salah satu tugas PR adalah mempublikasikan sebuah event atau produk yang
akan launching agar diterima publik,
otomatis pendekatan PR kepada media itu penting. Bagaimana media itu tertarik kalau
sikap kita sebagai wartawan tidak aware atau
sadar bahkan deket lah karena juga
banyak PR yang kurang sukses ketika mengadakan Event Organizer karena kurang sosialisasi atau komunikasi dengan
media”. Kata bang Beben menurut kode etik jurnalis, juga seorang wartawan
dilarang menerima ‘amplop’ dari siapa pun termasuk PR, namun biasanya PR
memberikan souvernir atau goody bag kepada wartawan sebagai bentuk
apresiasi.
Ketika
PR mengadakan Press Confrence sering
beberapa kontributor wartawan yang kehadirannya diwakilkan oleh orang lain
karena berhalangan hadir, dan tidak jarang mereka yang mewakilkan kehadiran
wartawan resmi merupakan wartawan yang tidak terikat hubungan kerja dengan
media atau biasa disebut Stringer. Padahal, dalam acara Press Confrence sebuah identitas resmi wartawan sangat diperlukan
agar wartawan dapat meliput berita dari Press
Confrence untuk diberikan pada media. Lalu bagaimana cara wartawan
meyakinkan PR bahwa dirinya merupakan perwakilan dari wartawan resmi yang
diundang oleh PR ? “untuk menjawab masalah itu, ketika seseorang menjadi
wartawan bukan hanya perlu memiliki pendidikan atau kemampuan jurnalistik, tapi
juga seorang wartawan harus memiliki banyak link
atau jaringan. Jadi, ketika ada event dan kita memiliki link yang kuat
otomatis teman-teman wartawan lain akan membla untuk mengakui identitas kita
dari media mana dan itu juga agar tidak mengrangi kepercayaan si narasumber”
kata bang Beben yang juga mantan Stringer kontributor Tv-one pada tahun 2008.
Bang Beben juga menjelaskan bahwa dengan memiliki link yang banyak, seorang
wartawan dapat dengan mudah mengetahui sebuah informasi yang orang lain juga
banyak yang belum mengetahuinya “punya link dan kelompok kerja jadi ketika
salah satu wartawan mempunyai informasi, kabar itu dishare atau diberitahukan di group agar teman-teman wartawan dapat
juga. Tapi ini bukan berati sharing berita,
misalkan berita yang sudah jadi dishare ke
wartawan lain” jelas bang Beben.
Dalam
sebuah Press Confrence juga sering
sekali ada permasalahan yang memang tidak sesuai dengan ucapan atau kata-kata
dari PR mengenai fakta dari perusahaannya, dan menurut bang Beben wartawan
bebas menanyakan hal itu tapi tinggal bagaimana PR mengola informasi agar
wartawan dapat memberitakan positif. Misalkan PR dapat memberi solusi dari
pertanyaan wartawan mengenai fakta tadi. Memang dapat dilihat bahwa media kita
lebih sering mengangkat pemberitaan hal yang negatif ketimbang hal yang
positif, dan kata bang Beben “Bad news is
good news. Media dan orang-orang disekitar kita cenderung seperti itu,
jangan memilih suatu berita yang negatif untuk menjadi sebuah head line karena setiap media mempunyai
karakter masing-masing dalam membuat berita yang ada, pada setiap media juga
mempnyai cara pandang yang berbeda”.
Untuk
memberikan informasi kepada publik, PR juga menggunakan beberapa model kegiatan
media relation secara konseptual, dan
salah satunya adalah Press Agentry atau
model propaganda dimana praktisi PR melakukan propaganda melalui komunikasi
searah bertujuan untuk memberikan publisitas yang menguntungkan. Terkadang juga
pemberian informasinya tidak jujur atau mengandung ketidak benaran sebagai
upaya memanipulasi sehingga adanya tindakan persuasif dalam menyampaikan
informasi. Model seperti ini biasanya dapat ditemui saat presiden kenegaraan
mengadakan Press Confrence. Menurut
rekan bang Beben, Erik kustara dari Trans Tv yang saat ini menjadi wartawan
berita satu.com juga penah ditugaskan untuk meliput mengenai pidato yang
diberikan oleh presiden, dan disana semua wartawan dimintai list pertanyaannya
oleh protocoler “untuk kepresidenan
biasanya khusus ada wartawan kepresidenan. Media kita ini merupakan tuntutan,
jadi seseorang yang mempunyai jiwa jurnalis ketika ingin menyampaikan informasi
suka tehalang oleh birokrasi dan agar wartawan kepresidenan dapat menerima
wartawan media tentunya harus memanfaatkan link
atau jaringan. Kesulitan media dikita itu diatur oleh suatu perusahaan
tertentu, solusinya berita tetap dibuat tapi kalau ada kesempatan untu
berbicara berita yang kita angkat berbeda, silahkan diangkat lalu kita kirim ke
redaksi dan tergantung produsernya. Jadi wartawan yang bekerja di suatu
perusahaan, bukan juga yang menentukan pemberitaan, jadi wartawan itu juga
terhambat”. Dari pernyataan bang Erik tersebut dapat kita ketahui bahwa media
di Indonesia belum juga dapat dikatakan bebas meski dalam negara demokrasi
karena untuk menyampaikan suatu informasi kepada publik juga masi ditentukan
oleh birokrasi yang berlaku di pemeritahaan.
Biodata
Singkat Narasumber :
Nama Lengkap : Dedi Beben
Nama Panggilan : Dedi / Beben
TTL :
Subang, 11 Febuari 1981
Alamat : Jl. Raya Under Pass, Duren Jaya. Rusunawa
Bekasi Jaya
Pengalaman Kerja : (2008) Stringer Kontributor Tv One
(2009-2010) Koresponden Jak-Tv
(2011-Sekarang) Kontributor Trans 7
0 komentar:
Posting Komentar