Pages

Subscribe:

Translate

Minggu, 24 Maret 2013

Wawancara Wartawan Seputar Publik Relation


Dunia Jurnalistik dengan dunia Public Relation tentunya sangat berhungan erat. Seorang Public Relation memerlukan media untuk membantu prosesnya dalam penyampaian tujuan, begitu juga wartawan yang bekerja pada media dan membutuhkan informasi dari Public Relation untuk diberitakan kepada masyarakat. Seorang PR memanggil wartawan bertujuan berdasarkan kepentingan perusahaan, seperti yang dikatakan oleh salah bang Dedi Beben, satu wartawan kontributor Trans7 mengenai tujan PR mengundang wartawan “kita lihat dulu tujuan seorang PR memanggil wartawan untuk apa, biasanya mereka mau memperkenalkan sebuah produk atau event. Tugas PR sendiri itu adalah bagaimana PR itu menyampaikan pada wartawan agar produk atau event tersebut dapat menarik untuk diberitakan kepada masyarakat, agar eventnya menjadi besar, dan tentunya tujuan dari PR itu tercapai. Juga bagaimana produk itu dapat diterima masyarakat atau agar terjadi peningkatan penjualan. Seorang PR membutuhkan media untuk mengumumkan apa yang akan disampaikan kepada masyarakat karena hanya dengan penyebaran famlet/brosur saja itu tidak akan berjalan efektif.”
            Tapi untuk bertemu PR itu tidak selalu mudah karena banyak juga PR yang susah untuk ditemui setelah press confrence untuk dimintai kelengkapan informasi, namun wartawan juga tidak dapat memaksa untuk meminta informasi ketika PR belum berkenan walaupun informasi itu sangat dibutuhkan secara detail, “ada kode etik jurnalistik, walaupun ada Undang-undang kebutuhan informasi publik karna informasi publik harus disampaikan, wartawan juga terikat dengan kode etik jurnalistik karena wartawan tidak bisa secara paksa melakukan peliputan ketika yang bersangkutan tidak bersedia untuk diliput. Jadi memang antara UU penyampaian informasi dan kode etik jurnalistik suka saling berbenturan ketika narasumber tidak bersedia untuk diliput” kata bang Beben, beliau juga menjelaskan untuk menghadapi seorang PR yang memang suka mengulur waktu untuk bertemu diperlukan kesabaran, “harus sabar, tapi itu juga tergantung kepentingan kita, kalau itu untuk kepentingan wartawan ya harus dikejar.”
            Bang beben juga mengatakan bahwa tidak sedikit PR yang memaksa wartawan agar press realesenya segera ditayangkan padahal tidak semua press reales dari PR dapat segera ditayangkan karena masing-masing media sudah mempunyai agenda, namun press realese yang akan segera ditayangkan adalah yang sesuai dengan isu yang sedang berkembang “PR yang cerdas itu selalu menanggapi isu yang ada, bagaimana dia membuat suatu event dikemas sesuai dengan isu yang sedang berkembang”.
            PR juga dapat mengadakan Press Confrence dalam bentuk informal, karena juga bisa dilakukan secara santai antara PR dan wartawan, menurut bang Beben “ Press Confrence dapat dilakukan dalam keadaan tidak formal, misalkan PR mengundang atau mengajak teman-teman wartawan untuk bermain futsal. Setelah itu pasti ada obrolan-obrolan, nah pada saat itu baru PR membetitahukan produk baru atau kegiatan apa yang akan dilakukan perusahaannya karena pendekatan seperti ini justru lebih baik ketimbang acara resmi”. Seorang PR harus dapat menjaga hubungan baik dengan wartawan, agar wartawan juga mau membantu PR dalam menjalankan tugasnya terutama dalam publisitas ketika perusahaanya mau memperkenalkan produk atau memberitahukan sebuah event, seperti yang bang Beben katakan “PR harus bisa merangkul wartawan karena salah satu tugas PR adalah mempublikasikan sebuah event atau produk yang akan launching agar diterima publik, otomatis pendekatan PR kepada media itu penting. Bagaimana media itu tertarik kalau sikap kita sebagai wartawan tidak aware atau sadar bahkan deket lah karena juga banyak PR yang kurang sukses ketika mengadakan Event Organizer karena kurang sosialisasi atau komunikasi dengan media”. Kata bang Beben menurut kode etik jurnalis, juga seorang wartawan dilarang menerima ‘amplop’ dari siapa pun termasuk PR, namun biasanya PR memberikan souvernir atau goody bag kepada wartawan sebagai bentuk apresiasi.
            Ketika PR mengadakan Press Confrence sering beberapa kontributor wartawan yang kehadirannya diwakilkan oleh orang lain karena berhalangan hadir, dan tidak jarang mereka yang mewakilkan kehadiran wartawan resmi merupakan wartawan yang tidak terikat hubungan kerja dengan media atau biasa disebut Stringer. Padahal, dalam acara Press Confrence sebuah identitas resmi wartawan sangat diperlukan agar wartawan dapat meliput berita dari Press Confrence untuk diberikan pada media. Lalu bagaimana cara wartawan meyakinkan PR bahwa dirinya merupakan perwakilan dari wartawan resmi yang diundang oleh PR ? “untuk menjawab masalah itu, ketika seseorang menjadi wartawan bukan hanya perlu memiliki pendidikan atau kemampuan jurnalistik, tapi juga seorang wartawan harus memiliki banyak link atau jaringan. Jadi, ketika ada event dan kita memiliki link yang kuat otomatis teman-teman wartawan lain akan membla untuk mengakui identitas kita dari media mana dan itu juga agar tidak mengrangi kepercayaan si narasumber” kata bang Beben yang juga mantan Stringer kontributor Tv-one pada tahun 2008. Bang Beben juga menjelaskan bahwa dengan memiliki link yang banyak, seorang wartawan dapat dengan mudah mengetahui sebuah informasi yang orang lain juga banyak yang belum mengetahuinya “punya link dan kelompok kerja jadi ketika salah satu wartawan mempunyai informasi,  kabar itu dishare atau diberitahukan di group agar teman-teman wartawan dapat juga. Tapi ini bukan berati sharing berita, misalkan berita yang sudah jadi dishare ke wartawan lain” jelas bang Beben.
            Dalam sebuah Press Confrence juga sering sekali ada permasalahan yang memang tidak sesuai dengan ucapan atau kata-kata dari PR mengenai fakta dari perusahaannya, dan menurut bang Beben wartawan bebas menanyakan hal itu tapi tinggal bagaimana PR mengola informasi agar wartawan dapat memberitakan positif. Misalkan PR dapat memberi solusi dari pertanyaan wartawan mengenai fakta tadi. Memang dapat dilihat bahwa media kita lebih sering mengangkat pemberitaan hal yang negatif ketimbang hal yang positif, dan kata bang Beben “Bad news is good news. Media dan orang-orang disekitar kita cenderung seperti itu, jangan memilih suatu berita yang negatif untuk menjadi sebuah head line karena setiap media mempunyai karakter masing-masing dalam membuat berita yang ada, pada setiap media juga mempnyai cara pandang yang berbeda”.  
            Untuk memberikan informasi kepada publik, PR juga menggunakan beberapa model kegiatan media relation secara konseptual, dan salah satunya adalah Press Agentry atau model propaganda dimana praktisi PR melakukan propaganda melalui komunikasi searah bertujuan untuk memberikan publisitas yang menguntungkan. Terkadang juga pemberian informasinya tidak jujur atau mengandung ketidak benaran sebagai upaya memanipulasi sehingga adanya tindakan persuasif dalam menyampaikan informasi. Model seperti ini biasanya dapat ditemui saat presiden kenegaraan mengadakan Press Confrence. Menurut rekan bang Beben, Erik kustara dari Trans Tv yang saat ini menjadi wartawan berita satu.com juga penah ditugaskan untuk meliput mengenai pidato yang diberikan oleh presiden, dan disana semua wartawan dimintai list pertanyaannya oleh protocoler “untuk kepresidenan biasanya khusus ada wartawan kepresidenan. Media kita ini merupakan tuntutan, jadi seseorang yang mempunyai jiwa jurnalis ketika ingin menyampaikan informasi suka tehalang oleh birokrasi dan agar wartawan kepresidenan dapat menerima wartawan media tentunya harus memanfaatkan link atau jaringan. Kesulitan media dikita itu diatur oleh suatu perusahaan tertentu, solusinya berita tetap dibuat tapi kalau ada kesempatan untu berbicara berita yang kita angkat berbeda, silahkan diangkat lalu kita kirim ke redaksi dan tergantung produsernya. Jadi wartawan yang bekerja di suatu perusahaan, bukan juga yang menentukan pemberitaan, jadi wartawan itu juga terhambat”. Dari pernyataan bang Erik tersebut dapat kita ketahui bahwa media di Indonesia belum juga dapat dikatakan bebas meski dalam negara demokrasi karena untuk menyampaikan suatu informasi kepada publik juga masi ditentukan oleh birokrasi yang berlaku di pemeritahaan.


Biodata Singkat Narasumber :

Nama Lengkap            : Dedi Beben
Nama Panggilan          : Dedi / Beben
TTL                             : Subang, 11 Febuari 1981
Alamat                        : Jl. Raya Under Pass, Duren Jaya. Rusunawa Bekasi Jaya
Pengalaman Kerja       : (2008) Stringer Kontributor Tv One
                                      (2009-2010) Koresponden Jak-Tv
                                      (2011-Sekarang) Kontributor Trans 7


0 komentar:

Posting Komentar