Salah satu kegiatan publisitas,
yang cukup populer dalam praktik PR, penulisan siaran pers atau berita yag
ditulis PRO ini merupakan salah satu kegiatan utamanya. Dalam menulis siaran
pers, seorang PRO harus berada di dua dunia sekaligus yaitu dunia PR dan dunia
media. mengingat siaran pers itu akan dipublikasikan melalui media umum, yang
pembacanya heterogen, seorang PRO perlu mengetahui kaidah-kaidah penulisan berita
itu. Siaran pers memang pada umumnya dibuat dalam bentuk berita langsung. Namun
ada kalanya pula dibuat dalam bentuk liputan mendalam.
A. Berita
Menurut Djafar H. Assegaff (1982)
menyatakan, berita adalah laporan tentang fakta dan ide yang termasa, yang
dipilih oleh staf redaksi suatu harian untu disiarkan, yang dapat menarik
perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau
akibatnya, entah pla karena ia mncakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan.
pada umumnya, tulisan berita itu
mengandung informasi pokok yang berkaitan dengan komponen informasi yang
diringkas menjadi 5W+1H (What, Who, Whwn,
Where, Why, How). Selain harus memperhatikan kode etik jurnalistik.
Kebanyakan siaran pers biasanya
dibuat dalam bentuk berita langsung. Berita langsung merupakan penulisan yang
hanya menyampaikan informasi-informasi pokok. Umumnya berita langsung itu
singkat, sehingga panjang naskahnya antara 1-2 halaman dengan tik 2 spasi atau
sekitar 300-500 kata..
B.
Nilai Berita
Nilai berita (news value) merupakan pedoman bagi redaktur untu menilai berita (to assess) yang sampai ke mejanya. Oleh
karena itu penting untuk mengetahui dan memahami nilai berita sehingga dapat
menulis siaran pers yang bernilai berita. Nilai berita yang umumnya dinyatakan dalam
buku jurnalistik :
·
Consequences,
yaitu besar kecilnya dampak peristiwwa pada
masyarakat.
·
Human
Interest, yaitu menarik atau dari segi ragam cara
hidup manusia.
·
Prominence,
adalah vesar kecilnya ketokohan orang yang terlibat
peristiwa.
·
Proximity,
jauh-dekatnya peristiwa dari orang yang mengikuti
beritanya.
·
Timeliness,
baru tidaknya atau penting tidaknya saat peristiwa
itu terjadi.
C. Anatomi
Berita
Dengan menguraikan bagian-bagian berita, artinya melihat
secara anatomis, akan memudahkan untuk mempelajari berita dan menulis siaran
pers dalam bentuk berita (langsung). Dikalangan media populer dengan sebutan peg, yakni sebagai dasar, pijakan patuk
untuk menuliskan suatu berita. Selanjutnya, menentukan lead (intro) yang menjadi pembuka atau awal berita. Lead yang ideal memuat semua komponen
5W+1H sehingga pembaca yang terburu-buru akan merasa cukup hanya dengan membaca
judul berita dan lead-nya.
Setelah membuat lead, barulah
kemudian merumuskan badan berita. Badan berita terdiri atas
keterangan-keterangan atau informasi-informasi lengkap yang berkaitan dengan
kepala berita (lead). Sementara
diantara kepala berita dan badan berita hendaknya dibuatkan juga jembatan
kalimat untk mengantarkan pembaca memasuki informasi lebih lanjut. Anatomi
berita atau siaran pers itu seperti :
·
Judul, semacam etalase
bagi siaran pers, biasanya dibuat dalam kalimat singkat dan aktif serta
mencerminkan isi siaran pers.
·
Baris tanggal, berisi
informasi waktu dan tempat berita ditulis atau kejadian peristiwa.
·
Teras, paragraf awal
dari siaran pers.
·
Tubuh, informasi lebih
perinci dari aspe tertentu suatu peristiwa, yang rangkumannya disajikan dalam
teras.
D. Teknik
menulis berita
Setelah menentukan lead,
membongkar hasil inventarisasi untuk kerangka badan berita. Selanjutnya rumuskan
badan berita. Informasi yang kurang penting tempatkan dibawah, makin kurang
penting informasi, penempatan dengan cara tersebut dikenal dengan “piramida
terbalik” guna membantu memudahkan penyunting berita memotong berita untuk
disesuaikan dengan ruangan yang tersedia. Piramida terbalik merupakan pedoman
penulisan berita. Pedoman lainnya adalah pemilihan kata-kata.
1. Membuat
lead
Menulis berita yang “dapat didengar’, tentu saja dimulai
dengan lead yang bicara. Bila lead dibaca hingga akhir kalimat membuat
napas tersenggal-senggal, bahkkan habis, berarti lead tersebut tidak bicara. Lead
tidak lebih dari 35 kata, hendaknya pokok berita terpenting ditampilkan
sedera dan hindarri memulai berita dengan menggunakan anak kalimat atau
keterangan agar kalimat menjadi pendek.
2. Membuat
isi (badan) berita
Setelah membuat lead, selanjutnya
adalah membangun jembatan, yakni kalimat peralihan yang mempermanis bergesernya
pokok pikiran dari inti jalan cerita karena merupaka sarana yang vital untuk
mengantarkan pembaca membaca berita secara runtut dan berkesinambungan hingga
selesai. Jembatan kalimat ini bisa hanya satu atau dua kata, atau mungkin higga
satu paragraf. Ketika meuliskan berita perlu diperhatikan :
·
Menggunakan kata kerja,
bukan kata sifat, berita yang baik menggambarkan jalannya peristiwa dan bukan
hanya sekedar memberi tahu. Kata kerja menggambarkan tindakan, kata sifat
memberi tahu.
·
Hindari kata dan
ungkapan teknis, hindari menggunakan kata dan istilah yang dapat menimbulkan
pemahaman atau pengertian berbeda-beda.
·
Jangan mengandaikan
pembaca sudah tahu peristiwa yang dilaporkan.
·
Memenuhi rasa keadilan
masyarakat
Daftar Pustaka
Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani
Krisis Perusahaan. Jakarta : Grasindo
Iriantara, Yosal. 2011. Public
Relations Writing : Pendekatan Teoretis dan Praktis. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Fuad Afdhal, Ahmad. 2004. Tips & Trik Public Relation. Jakarta
: Grasindo
0 komentar:
Posting Komentar