Pages

Subscribe:

Translate

Minggu, 24 Maret 2013

PR Menulis Berita


Salah satu kegiatan publisitas, yang cukup populer dalam praktik PR, penulisan siaran pers atau berita yag ditulis PRO ini merupakan salah satu kegiatan utamanya. Dalam menulis siaran pers, seorang PRO harus berada di dua dunia sekaligus yaitu dunia PR dan dunia media. mengingat siaran pers itu akan dipublikasikan melalui media umum, yang pembacanya heterogen, seorang PRO perlu mengetahui kaidah-kaidah penulisan berita itu. Siaran pers memang pada umumnya dibuat dalam bentuk berita langsung. Namun ada kalanya pula dibuat dalam bentuk liputan mendalam.

A.  Berita
            Menurut Djafar H. Assegaff (1982) menyatakan, berita adalah laporan tentang fakta dan ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untu disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pla karena ia mncakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan.
            pada umumnya, tulisan berita itu mengandung informasi pokok yang berkaitan dengan komponen informasi yang diringkas menjadi 5W+1H (What, Who, Whwn, Where, Why, How). Selain harus memperhatikan kode etik jurnalistik.
            Kebanyakan siaran pers biasanya dibuat dalam bentuk berita langsung. Berita langsung merupakan penulisan yang hanya menyampaikan informasi-informasi pokok. Umumnya berita langsung itu singkat, sehingga panjang naskahnya antara 1-2 halaman dengan tik 2 spasi atau sekitar 300-500 kata..

B.  Nilai Berita
            Nilai berita (news value) merupakan pedoman bagi redaktur untu menilai berita (to assess) yang sampai ke mejanya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui dan memahami nilai berita sehingga dapat menulis siaran pers yang bernilai berita. Nilai berita yang umumnya dinyatakan dalam buku jurnalistik :
·        Consequences, yaitu besar kecilnya dampak peristiwwa pada masyarakat.
·        Human Interest, yaitu menarik atau dari segi ragam cara hidup manusia.
·        Prominence, adalah vesar kecilnya ketokohan orang yang terlibat peristiwa.
·        Proximity, jauh-dekatnya peristiwa dari orang yang mengikuti beritanya.
·        Timeliness, baru tidaknya atau penting tidaknya saat peristiwa itu terjadi.



C.  Anatomi Berita
       Dengan menguraikan bagian-bagian berita, artinya melihat secara anatomis, akan memudahkan untuk mempelajari berita dan menulis siaran pers dalam bentuk berita (langsung). Dikalangan media populer dengan sebutan peg, yakni sebagai dasar, pijakan patuk untuk menuliskan suatu berita. Selanjutnya, menentukan lead (intro) yang menjadi pembuka atau awal berita. Lead yang ideal memuat semua komponen 5W+1H sehingga pembaca yang terburu-buru akan merasa cukup hanya dengan membaca judul berita dan lead-nya.
       Setelah membuat lead, barulah kemudian merumuskan badan berita. Badan berita terdiri atas keterangan-keterangan atau informasi-informasi lengkap yang berkaitan dengan kepala berita (lead). Sementara diantara kepala berita dan badan berita hendaknya dibuatkan juga jembatan kalimat untk mengantarkan pembaca memasuki informasi lebih lanjut. Anatomi berita atau siaran pers itu seperti :
·         Judul, semacam etalase bagi siaran pers, biasanya dibuat dalam kalimat singkat dan aktif serta mencerminkan isi siaran pers.
·         Baris tanggal, berisi informasi waktu dan tempat berita ditulis atau kejadian peristiwa.
·         Teras, paragraf awal dari siaran pers.
·         Tubuh, informasi lebih perinci dari aspe tertentu suatu peristiwa, yang rangkumannya disajikan dalam teras.

D.  Teknik menulis berita
       Setelah menentukan lead, membongkar hasil inventarisasi untuk kerangka badan berita. Selanjutnya rumuskan badan berita. Informasi yang kurang penting tempatkan dibawah, makin kurang penting informasi, penempatan dengan cara tersebut dikenal dengan “piramida terbalik” guna membantu memudahkan penyunting berita memotong berita untuk disesuaikan dengan ruangan yang tersedia. Piramida terbalik merupakan pedoman penulisan berita. Pedoman lainnya adalah pemilihan kata-kata.



1.      Membuat lead
       Menulis berita yang “dapat didengar’, tentu saja dimulai dengan lead yang bicara. Bila lead dibaca hingga akhir kalimat membuat napas tersenggal-senggal, bahkkan habis, berarti lead tersebut tidak bicara. Lead tidak lebih dari 35 kata, hendaknya pokok berita terpenting ditampilkan sedera dan hindarri memulai berita dengan menggunakan anak kalimat atau keterangan agar kalimat menjadi pendek.
2.      Membuat isi (badan) berita
       Setelah membuat lead, selanjutnya adalah membangun jembatan, yakni kalimat peralihan yang mempermanis bergesernya pokok pikiran dari inti jalan cerita karena merupaka sarana yang vital untuk mengantarkan pembaca membaca berita secara runtut dan berkesinambungan hingga selesai. Jembatan kalimat ini bisa hanya satu atau dua kata, atau mungkin higga satu paragraf. Ketika meuliskan berita perlu diperhatikan :
·         Menggunakan kata kerja, bukan kata sifat, berita yang baik menggambarkan jalannya peristiwa dan bukan hanya sekedar memberi tahu. Kata kerja menggambarkan tindakan, kata sifat memberi tahu.
·         Hindari kata dan ungkapan teknis, hindari menggunakan kata dan istilah yang dapat menimbulkan pemahaman atau pengertian berbeda-beda.
·         Jangan mengandaikan pembaca sudah tahu peristiwa yang dilaporkan.
·         Memenuhi rasa keadilan masyarakat




 Daftar Pustaka

Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan. Jakarta : Grasindo

 

Iriantara, Yosal. 2011. Public Relations Writing : Pendekatan Teoretis dan Praktis. Bandung : Simbiosa Rekatama Media 

Fuad Afdhal, Ahmad. 2004. Tips & Trik Public Relation. Jakarta : Grasindo

 


0 komentar:

Posting Komentar